Wednesday, August 11, 2010

CerPen Kacangan :D

Tuntutan Skenario

Aku melihatnya membuka kedua kancing bajunya. Lalu membenamkan kepala anaknya ke dalam. Sesaat bayi yang kutaksir umurnya sekitar 2 bulan tersebut diam dan menikmati jamuannya setelah tadi meraung - raung. Kulihat raut wajahnya begitu muda. Jika kubandingkan dengan tetanggaku di depan rumah yang sekarang duduk di bangku SMA kemungkinan selisihnya hanya dua tahun lebih tua. Dan aku tahu betul, tidak seharusnya dia berada di situ. Tapi aku harap kedua mata ini tidak menipuku. Karena dia seperti sangat menikmatinya. Membelai penuh sayang dan mengecup perlahan pipi anaknya yang perlahan – lahan terpejam. dia bahkan masih tidak sadar bahwa sedari tadi aku selalu menatapinya. Mengamati gerak – geriknya. Menikmati statusnya sebagai ibu muda. Aku belum pernah bertemu ibu ini. Sepertinya dia orang baru.
“ cik, wortelnya ya !” katanya pada penjual sayur.
“beres.”
Kulihat dia bertegur sapa dengan pembeli lain sesama ibu – ibu. Tidak denganku. Hei, kenapa ? bukankah selisih usiaku dengannya hanya beberapa tahun saja ? apakah bayi dalam gendongan itu menghalangi segalanya ?
“ Nur...disuruh ibu ya ?” seorang wanita separuh baya menyadarkanku dari lamunan. Cepat – cepat aku mejawab.
“iya bu...”
“masak apa ibu hari ini ?” tanya beliau ramah.
“pepes tongkol bu...”
“o...kalau begitu, ibu titip pesan ya, boleh nggak minta resepnya. Masakan ibu kamu enak Nur.”
“baik bu. Insya Allah saya sampaikan.” Jawabku singkat.
Setelah satu persatu pembeli kembali ke rumah masing – masing, dan di warung hanya tinggal aku dan mbak Ipah, si penjual. Aku melancarkan jurus interogasiku.
“ mbak Ipah...tongkolnya setengah kilo....” ujarku berbasa – basi.
Namun belum selesai aku bicara, mbak Ipah memotong perkataanku.
“ Nur, kamu kalau sekolah tu yang pinter, katanya mau jadi dokter. Kasihan ibu kamu Nur, kerja siang malam. Tapi beliau beruntung. Kamu selalu dapat beasiswa tiap tahun.”
Aku menyela mbak Ipah.
“ tumben mbak Ipah ngomong gitu. Kena angin apa mbak ?”
Mbak Ipah menghela napas panjang. Lalu bertanya padaku perlahan.
“kamu tahu ibu yang menggendong bayi di sini tadi ?”
Aku mengangguk. Mulai bisa menebak maksud pembicaraan mbak Ipah.
“ kamu tahu berapa usianya ?” tanya mbak Ipah lagi. Aku menggeleng.
“ 15 tahun.”
Sumbat mulutku kontan terbuka.
“ masa sih mbak ? perasaan lebih tua dia daripada aku ! aku kira dia seumuran mbak Meme !” potongku cepat.
“ Nur, kamu mau dengerin mbak nggak ?”
Aku diam. Lalu mengangguk. Mbak Ipah mulai bercerita.
“dia anak orang kaya. Karena berpikir orangtuanya bisa membiayai dia hingga ke jenjang kuliah, sekolah pun dia anggap bermain. Kerjanya pacaran keluar masuk diskotik. Sering pulang malam membawa seoranglelaki ke rumahnya. Dia bahkan pernah memakai narkoba. Puncaknya, pergaulan bebas pun merasuki kehidupannya. Dia hamil. Orangtuanya benar – benar marah besar. Dia diusir dari rumah. Kau tahu siapa yang menyelamatkannya ?” tanya mbak Ipah setelah panjang lebar bicara.
Lagi – lagi aku menggeleng.
“aku Nur.”
Dalam hati aku berkata “ mbak Ipah narsis juga ! ^_^ “
“ Pak Sholeh menikahkan dia dengan mas Bendot. Kebetulan, mas Bendot juga butuh istri baru setelah istrinya sendiri meninggal 5 bulan yang lalu.”
Mendengar perkataan mbak Ipah tentang mas Bendot mencari istri baru, aku menyadari begitu sakralnya peran wanita bagi lelaki. Terkadang mereka diinjak-injak, dibutuhkan hanya untuk melayani nafsu. Namun tak jarang mereka dihormati dan dimuliakan. Aku berharap mas Bendot tidak berlaku kasar terhadap istrinya yang masih muda itu.
“ lalu mbak ?”
Mbak Ipah lagi – lagi menghela nafas....

Bersambung........

Author : Indah Ndud


SinCeReLy, indah ndud ^^

0 comments:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Post a Comment