Sunday, August 2, 2009

jadi remaja susah-susah gampang. Pencarian jati diri bagai mengikuti alur air yang meliuk-liuk di sungai tanpa tahu seberapa panjang sungai itu. Kalau dikata seperti saya.. mau gimana lagi.
Sebenarnya nulis ini juga karena ada request. Tapi dari sinilah saya belajar untuk memahami dan menanggapi apa yang dirasakan orang lain.
Siswi sma itu terkenal jaim puol. Dengan tetek bengek 1001 cara menarik perhatian lelaki. Hehehe. Maklum boz. Dari riset penelitian begitulah adanya. Saya beruntung bisa mengenal tiga teman saya dengan kepribadian yang asik dan tahan banting. ^_^ selalu saja ada ide mereka untuk menyegarkan pikiran yang penat dari kewajiban-kewajiban bersekolah. Kiranya itulah yang membuat saya bisa betah walaupun hidup ini sebagian dihabiskan di sekolah. Perlahan, terbentuklah pikiran-pikiran aneh dalam diri saya yang kemudian saya wujudkan dalam tingkah yang lebih aneh.
Saya ni suka cari teman. Ketika ingin mengenal lebih banyak siswa di sekolah, saya menggunakan cara yang tidak lazim. Yup. Sksd.
Aksi ini saya lakukan setiap jam istirahat. Dimanapun, kapanpun, dengan siapapun, tanpa peduli kemanapun resiko terhimpun. Satu aksi yang tidak perrnah saya lupakan adalah ketika berada di perpustakaan. Ya Allah... jujur kalau dikatakan sebenarnya sangat memalukan.
Tau sendiri kan, biasanya korban sksd menampilkan mimik aneh setelah diserang. Hehehe. Ada kebanggaan tersendiri setiap melihat mimik mereka. Aneh aja. Yang cakep keliatan aneh, yang aneh keliatan seyek, yang seyek tambah mimring. ^_^ tapi saya merasa itulah indahnya. hehehe
Oiya, kembali ke adegan tak terlupakan. Mungkin bukan hari keberuntungan buat saya nih. Ketika kami berempat memasuki perpus, ada cowok yang keliatannya asik digoda. Udah. Saya panggil dia. Kebetulan saya satu kursus dengannya. Hihihi.
“woi mas !”
Diam tak bergeming menatapku sedikit dari balik koran yang dia baca dengan ekspresi biasa saja.
Akhirnya teman saya nyeletuk”sopo ndah ?”
“sek tah.”
Pemuda itu kembali menatapku. Sekali lagi tanpa ekspresi.
“mas, satu lez sama aku kan ?” saya kembali menyerang
Sekali lagi tanpa ekspresi.
“wes. Nyengkre yok. Gak asik”
Sebenarnya mengatai dia “gak asik” itu adalah pelarian malu saya. 
Aduh... baru sekali ini muka gak dijabanin penggemar. Hehe. Nyesel juga saya. Daripada nge-sksd-in dia, mending naek odong-odong keliling kampung. Setidaknya itulah yang terlintas dalam pikiran.

Dari peristiwa di atas saya enggak menyangka loh. Sampai saat ini saya mengenal dia. Dekat sekali. Melebihi korban saya yang lain. Yaaah.. walaupun saya pernah kalah telak 1-0 dari dia. Saya bersyukur bisa mengenalnya. Dia mempunyai kisah-kisah penyemangat yang mengubah saya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kami saling mengisi dan mengerti. Serta selalu belajar memahami apa arti hidup yang sesungguhnya.

Yang merasa sebagai rival di atas, aku bersyukur bisa mengenalmu. Walaupun terkadang aku nggak mengerti apa yang kita jalani sebagai apa dan karena apa. Yang aku tahu kita hadapi semua ini apa adanya. Aku berharap konflik-konflik kecil di antara kita adalah pengkokoh persahabatan kita yang terbentuk dengan cara tak terlupakan. Tapi ketahuilah, karenamu aku bisa memahami kalau saling mengerti itu indah.

Kamis, 2 April. 00.14 WIB